Dimana tempat paling baik untuk mengejar senja, mungkin ratu boko adalah salah satunya. Image situs purbakala yang berada di komplek bukit ratu boko ini memang tepat. Dan sejauh mata memandang terlihat hamparan sawah dan perkotaan. Bahkan candi prambanan dan kalasan pun terlihat dari tempat ini. 

Sore itu aku mengunjunginya. Lebih tepatnya berburu senja yang digadang-gadang mempesona disana. Kebetulan pula letaknya juga tidak terlalu jauh. jadi berangkat jam 4 sore pun bisa berjumpa senja disana. Berbekal kamera yang telah terisi baterai penuh dan memori yang tidak terlalu banyak namun cukup jika hanya mengambil beberapa senja. 

Aku ingin menceritakan tentang situs ratu boko, namun sepertinya tidak perlu. karena sudah banyak yang membahas situs ini di google. Sebagai seorang penyuka senja, aku hanya akan membahas senja yang bisa di ceritakan di candi boko ini. Meskipun sebenarnya ada sedikit ganjalan di hati yang kurang srek seperti yang dikatakan di situs-situs. Namun itu masih subyektif penilaian. siapapun boleh menilai, pun begitu aku yang menilai ratu boko dan keindahan senjanya.

Sore itu pukul 5.00 WIB aku dan temanku telah sampai di kawasan wisata. kami harus merogoh gocek sebesar 25 ribu untuk dapat masuk ke lokasi. Jika dipikir-pikir masih terlalu mahal jika hanya menikmati senja yang tidak akan ada sejam. Namun jika dilihat lokasinya sepertinya sepadan. dan dengan senyum semangat aku pun masuk ke lokasi.

Melewati taman sembari melirik senja yang sudah mulai menampak, semangatku bertambah menggebu. Namun, jlegg.. ternyata disana sudah ada puluhan kepala yang menantikan moment sama denganku. segala pikiranku yang akan menangkap senja dengan beberapa angel yang sudah kusiapkan pun buyar. Aku mungkin salah satu tipikal penangkap senja murni. yang tidak ada Human Element di dalamnya. Dan itu sangat mengecewakan melihat ramainya. Mau bagaimana lagi. 

Meskipun begitu aku juga tidak mau melewatkan kesempatan karena telah datang. Tetap menikmati senja, sedang kameraku sudah jarang mengambil gambar. Kuakui, senja di Ratu boko memang menawan. sangat menawan malahan.

Yah, meskipun sedikit kecewa pada situasi namun rasa syukur tetap kupanjatkan pada Tuhan, setengah jam ku diperlihatkan lukisan alam yang mengagumkan. Senja itu menjadi sejarah cerita tersendiri bagiku. 

Yang dapat kubagi dari pengalaman di ratu boko ini adalah, saat kamu menginginkan menikmati senja murni. Kamu tak akan mendapatkannya. karena akan banyak manusia yang membawa benda persegi 4 dan narsis disana. Namun jika kamu penikmat senja sejati yang akan hanya menikmati senja tanpa harus terbebani untuk mengabadikannya. tempat ini sangat aku rekomendasikan. 

Dan sore itu pun aku mendapat oleh-oleh disana. 

Apapun harimu, jangan lupa bahagia ya...

Sederhana, dan aku suka kalimat itu. Meski datang dari seorang yang bisa dibilang sangat aneh. hehe

Kalimat sederhana yang menyadarkan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah sebuah bahagia. Terkadang kita lupa akan hal itu. Kita terlalu sibuk memikirkan kecemasan-kecemasan masa depan yang tak kunjung jelas. Ahaha.

Memang, kita harus tahu dahulu bahwa hidup itu lengkap jika sepaket. Dan bahagia itu dikirimkan Tuhan sepaket dengan kecemasan, kekhawatiran dan perasaan-perasaan yang tidak menentu. Bahkan pun kita perlu itu semua untuk sekedar merasakan nikmatnya kata bahagia. begitu bukan?

14 september. Kemarin aku melihat banyak kebahagiaan berkumpul. Saat itu aku sedang menyaksikan karnaval bakpia di Ngampilan, sentranya bakpia di jogja. Bermacam-macam wajah bahagia memenuhi karnaval yang hanya sekitar 3 jam'an itu. Simple. Hanya berkeliling dari arah jalan ks Tubun, melewati jalan yang menuju ke titik nol kilometer namun tak sampai ke sana, melainkan kembali lagi ke jln ks tubun. 

Ditengah perjalanan mengikuti karnaval itulah aku melihat seorang bapak tua. Ah tidak terlalu tua sebenarnya, aku mentaksir sekitar 50an umurnya. Dengan rambut yang sedikit beruban dan mengenakan sweater abu-abu yang sedikit kumal. Bapak itu tersenyum, menikmati iring-iringan peserta karnaval yang notabene dipenuhi ibu-ibu dan anak kecil. Sambil menyalakan sebatang rokok, ia tak henti-hentinya menertawakan hal konyol yang ada di depannya. Saat itu, tak ada hal lain yang aku pikirkan selain mengabadikan senyumnya meski tak sempurna.

Dan aku belajar dari sebuah moment itu. Tentang perihal melihat senyuman. Kadang, mulut kita secara tidak sadar ikut melengkung ke atas ketika melihat senyum yang ikhlas. Kita seakan-akan turut serta merasakan kebahagiaan yang dialami senyum tersebut. Aku mengatakannya, sesederhana itu kita bisa tersenyum. Bukankah mensenyumi orang itu ibadah. Apalagi membuat orang lain tersenyum karena senyum kita.

Jadi, tersenyumlah saat melihat senyum orang lain. Dan sampaikan senyummu ke orang lain juga agar semakin banyak orang-orang yang akan tersenyum. Hidup kita sudah terlalu banyak masalah yang menimpa. Luangkan sedikit waktumu untuk tersenyum. senyumlah seikhlas mungkin. :)

Dini hari, menjelang tidur. Entah kenapa aku ingin sekali melihat kembali file-file foto yang pernah kusimpan. Membuka satu-persatu kenangan yang pernah kuabadikan. Dan kali ini, mataku tertarik pada satu foto yang mungkin dulu tidak sengaja tidak terhapus.

Sebuah foto yang kuambil saat perjalanan menuju "Ketep Pass" di magelang. Dikisahkan dulu disela-sela menikmati mobil yang mogok karena kelebihan beban dan dipaksa untuk menanjak. Aku memandang merapi, dan secara reflek mengambil kameraku, jepreeeet. Kemegahan puncak merapi terekam di kamera.

Saat awal-awal senang dunia fotography dulu, setiap hari tak terlewat tanpa motret sekalipun. Dan tiap kali motret dilihat kok ngeblur langsung deh "delete". Namun sekarang tak lagi. Setelah aku belajar dari seorang potographer, kali ini dari luar negeri yang aku kenal lewat situs upload foto. Foto yang bagus adalah foto yang mengalami proses panjang. Hanya sesederhana itu kata-katanya. Namun belakangan ini baru kusadari, bahwa yang berproses itu tidak hanya skill nya, tapi juga jiwanya. 

Cobalah untuk tidak lekas mendelete fotomu yang saat kau ambil, ngeblur

Karena ada saatnya justru fotomu yang ngeblur itulah mampu memberi pelajaran baru untukmu. Hal itulah yang aku alami sekarang. Foto itu sebenarnya simple, hanya mengambil puncak merapi yang saat itu sedang diterpa senja.

Dan pelajaran yang aku dapatkan adalah. Jangan melulu soal detail, nikmati juga kengebluranmu. Ini berbeda dengan foto bokeh lho ya. Jika foto bokeh itu ada detail diantara ngeblur. Tapi menikmati yang semua fotonya ngeblur itu pun juga asyik. 

Aku masih teringat saat pelajaran di Kampus Fiksi. Yang menyebutkan, segalanya di dunia ini sebenarnya tidak ada yang baru. Semuanya sudah pernah ada. Hanya sudut pandang saja yang baru. Begitupun juga dunia foto. Orang yang memotret gunung itu sudah bejibun. Diperuncing, orang yang memotret gunung merapi itu sampai sekarang mungkin sudah ribuan jumlahnya. Bentuknya gunung merapi ya tetap sama, hanya sudut pandang pengambilan gambarnya yang berbeda. Nah, mencari sudut pandang baru itulah yang menjadi tantangan. Dan aku kali ini menikmatinya lewat kengebluranku itu.

So, jangan pernah takut jika hidupmu ngeblur. eh, foto maksudnya. Nikmatilah selagi itu bisa dinikmati.

Hehe

Perlu sebuah ketenangan untuk dapat menuliskan. Sajak yang terlewatkan meski telah sekuat tenaga memikirkannya. Dan memang seperti itulah, dirimu pun tahu tentang hal itu.

Kenangan akan selamanya kenangan. Menyisakan potongan kebersamaan yang pernah terjalin di batas senja. Seperti layaknya penyair, aku pun ingin merangkai kata-kata semerah ruby untukmu. Menyandingkan megahnya safir dengan namamu. Dan membingkai merahnya saga seindah wajahmu.

Ketika kutahu masa itu telah terlewati. Dan ketika juga sadar bahwa kini kutelah bangun dari mimpi-mimpi yang terlampau manis itu. Hanya mampu melihat bagaimana caramu menyulam seberkas kebahagiaan meski bukan denganku. Aku berjanji, kan kuganti kata "Ah, andai saja" dengan do'a tulus agar bahagia tak letih mendampingimu.

Rumn,

Biarkan senja tetap indah pada tempatnya, Dan biarkan juga matahari tetap terbit membawa siluet-siluet diantara hamparan rumput basah oleh embun. Kan kujaga sebagaimana mestinya. sebelum terang mentari mengambil alih peran yang telah dititahkan padanya.

Teruntuk kawan-kawan tidur segedung bareng. aku tulis ini sekedar untuk reminder buat kita kelak. Karena aku yakin akan ada saat kita berada di titik yang sangat membutuhkan seseorang untuk mengangkat naik. Dan keluarga ini kupersembahkan untuk itu. Keluarga yang bertatap muka sesaat namun terjalin seterusnya.

"Anggap saja ini adalah jatuh cinta pada pandangan pertama"

 

Yah, kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkannya. Aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan kampus fiksi ini. Dan aku rasa semuanya pun mengalaminya. Bagaimana tidak jika menunggu itu adalah hal yang paling mendebarkan. Hari-hari sebelum hari H kita telah merasakannya. Dan yang ditunggu malah pergi ke Malaysia. *eh hehe

Jum'at malam pukul 10.00 waktu banguntapan. Aku pertama kalinya menjejakkan kaki ke ruangan yang penuh inspirasi itu. Yang langsung disambut mbak-mbak editor yang sudah siap mau tidur. Serta nasi goreng yang sebenarnya sudah tak lagi hangat namun cukup menggoda malam itu. Itu jika diilustrasikan, seperti suami yang pulang kerja disambut sedemikian. Jadi wajar kan jika malam itu aku tidak ingin cepat-cepat tidur. Meskipun badan letih dan raga yang rapuh. Pfff... 

Akhirnya, mataku pun kalah pada pukul 2 dinihari. Dan anehnya ini untuk pertama kalinya (sebenarnya bukan sih, cuman biar lebih dramatis) aku tidur singkat. Hari saja masih gelap ketika mereka semua telah sibuk antri ke kamar mandi. Entah itu karena ingin mandi atau mules lantaran nasi goreng semalem yang selain porsinya gede juga alhamdulillah pedasnya. 

Dan babak baru dimulai. Sarapan pagi. Haha (ijinkan aku tertawa). Sarapan pagi adalah ajang untuk saling curi pandang. Iya kan ? Iya aja deh, lhawong akupun juga. Ada yang sudah mulai akrab dengan beberapa. Namun bagi orang sepertiku yang pendiem *ehem. Untuk mengakrabkan diri itu perlu chemistry melalui saling pandang terlebih dahulu. Kupandangi satu persatu wajah-wajah sumringah teman-temanku seperjuangan nantinya. Ah, secangkir teh cap dandang tanpa gula menemaniku mengamati.

Tentang teh celup cap dandang. Teh baru yang aku nikmati dari sekian varian yang pernah aku coba. Rasanya hampir sama seperti lainnya. Namun, saat menjelang tetes-tetes terakhir ciri khas pahitnya mulai terasa. Setara dengan pahitnya hidupku. *alah Tapi emang dari sekian teh tawar yang aku cobain di jogja, mungkin baru kali ini kutemui rasa pahitnya. Dan anehnya aku suka itu. Aneh kan ? :)

Dan.... Menu makanan yang berubah-ubah. Teringat kata-katanya mbak Tiwi "Eh, ini berkah lho. Kapan lagi coba kalian dapat berkah apalagi akhir bulan." Haha, kali ini aku sepakat, Mbak. Meskipin makananya berubah-ubah dan enak-enak, aku tetap bersyukur kok. Ini berkah yang tiada duanya. Dan berkat makanan ini kami pun bisa saling ngobrol satu dengan yang lainnya. Saling cerita kenangan masa lalu *yang ini lupakan. Dan juga saling berbagi. Indah bukan berkah kita ? Andai bisa dibawa pulang berkahnya. hehe

Tahukah kawan, kalian adalah predator pemangsa air galon tercepat yang pernah kulihat. Bayangkan coba, pagi hari aku gantiin tuh galon. Eh, belum nyampe siang udah habis. setelah itu tugas mengganti galon kuserahkan yang lain. *payah ah haha. Mungkin ini karena betapa hangat ruangan kita saat itu. Ibarat kertas selembar yang dikibaskan ke wajah menjelma angin sepoi-sepoi. Pengen lepas baju cuman gak enak sama yang lain. *setdah 

Dan kalian juga pasti akan merindukan layar monitor yang bergoyang. Ini adalah efek dari angka 13 yang katanya Mas Danang adalah angka keramat, meskipun itu angka favoritku. Serta ngantuknya hari ke 2. Meski habis 2 gelas kopi rasa kantuk itu tak kunjung beranjak dewasa. *lhah Bahkan teman samping kiriku sampe ndusel-ndusel meja buat ngilangin kantuknya.

Baiklah, masih banyak sebenarnya yang ingin kuceritakan. Namun semua telah kalian ceritakan. Jadi ya aku kebagian sedikit. hehe Dan buat Mbak Ita, naskah ini tidak di edit kan ? sudah aku pastikan kok tidak ada lagi pensil meggeletak dengan tintanya yang melebur. itu hanya salah paham antara kita berenam, lebih tepatnya logikaku. :)

Akhirul kalam, semoga dilain kesempatan kita masih bisa bersua lagi, berjabat tangan lagi, dan bergojek lagi. seperti 2 hari 2 malam yang telah kita lewati.