Sawang Sinawang

sawang-sinawang-realnaw



Alkisah ada seorang nenek yang hidup dengan kemewahan. Harta yang melimpah dan juga putra-putri yang banyak. Namun ternyata sang nenek tersebut gundah gulana. Ia harus hidup sendiri di istananya yang luas hanya berteman seorang pembantu. Anak-anaknya yang telah sukses dan berkeluarga tak pernah lagi datang ke rumahnya, sedang dia sudah terlanjur tua untuk sekedar berkunjung ke rumah anak-anaknya. Suami tercinta pun sudah tiada sejak ia masih berjuang keluar dari kemiskinan.


Meskipun demikian orang-orang di sekitarnya selalu menganggap ia adalah nenek yang beruntung dapat menikmati hari tua dengan kemewahan. Orang-orang masih menganggap bahwa harta adalah segalanya, harta adalah penjamin masa tua. Mereka tak pernah tahu bagaimana sakitnya menikmati kekayaan tanpa orang yang disayangi.


Dan kini nenek itupun sadar dan sedikit menyesal karena dulu saat masih bersama putra-putrinya ia terlalu sibuk bekerja hingga lupa memberikan kasih sayang yang layak. Dan yang terjadi saat tua ia pun tak mendapat balasan yang layak. Ia selalu iri setiap melihat orang tua yang berjalan bersama anaknya digandeng atau bahkan ada yang di dorong di kursi roda. Ia selalu meneteskan airmata dan berjanji jika ada yang kesulitan baik tetangga ataupun orang-orang disekitarnya ia akan membantunya tanpa pamrih. Ia hanya ingin mendapat secuil bagian dari kebahagiaan itu.


Kawan. Terkadang apa yang sudah kita anggap baik, mapan dan sebagainya sebenarnya mereka justru menyimpan sakit yang tersembunyi. Ada pepatah jawa yang menyebutkan

Urip iku sawang-sinawang

Yang artinya hidup itu darimana kita melihatnya. Terkadang seorang yang kesulitan untuk makan sehari-hari namun sehat justru merasa bahagia daripada yang setiap hari makan enak tapi sakit-sakitan. Seorang yang hidup berdua tanpa seorang anak lebih bahagia daripada dengan mereka yang memiliki banyak anak namun tak ingat perjuangan orang tua seperti cerita diatas.


Yah, memang menilai kebahagiaan itu tidak bisa hanya dari kita melihatnya saja. Namun harus dirasakan. Karena kebahagiaan adalah masalah hati. Kita tidak bisa menilai kebahagiaan seseorang dengan melihat kekayaannya. Seseorang yang mempunyai harta triliunan rupiah namun jika dipenjuara seumur hidup juga buat apa.


Dan juga terkadang kita menilai sesuatu yang besar dengan sudut pandang yang kecil. Sama seperti foto diatas yang melihat tanki minyak 1000 mili ton terlihat kecil saat difoto dengan tangan dari kejauhan. Seperti itulah kita melihat kehidupan orang lain.

Jadi,

Mulailah bahagia dari diri sendiri. 




Baca juga artikel tentang perspektif hidup dan juga kepingan kelopak. Terima kasih.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Seobloggertemplates

Hello We are SeoBloggerTemplates, Our name came from the fact that we are best. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates.

0 comments:

Post a Comment