Cerita tentang Sebuah Kehidupan
Siang hari, panas udara disertai pancaran sinar matahari serasa membakar
pori pori kulit. Debu-debu kecil nan lembut berhamburan terhempas angin. Dan dari kejauhan
segerombol burung-burung berterbangan mencari tempat berteduh di ranting-ranting pohon. Dedaunan yang menari-nari terkena terpaan
angin pun menambah ramai panas siang hari.
Dengan terus memandang langit, pria tersebut mengeluh dengan tambahan beban di
pundaknya.
“ Huh, panasnya... sepanas hidupku !! “ ujarnya sembari berteduh
di bawah pohon mangga yang tumbuh besar.
Setelah melepas capil, ia pun lalu mengipas-kipaskan capil ke
wajahnya yang lusuh. Serasa ada kehidupan menghampiri wajah saat angin
berhembus.
“Kapan kehidupan seperti
ini akan berakhir ya Tuhan ? “ serunya sambil terus mengipasi wajahnya.
Tiba-tiba si pria tersebut mendengar ada yang berbicara. Ia pun menoleh
kekiri , kanan , belakang, namun tidak ada siapapun di sekitar situ. Hingga
akhirnya ia menemukan bahwa suara tersebut berasal dari daun yang sedang
bercengkrama dengan buah. Dengan seksama ia pun memperhatikan dengan sesama apa yang sedang di
diskusikan tersebut.
“Menurutmu apa arti kehidupan ?” ujar sang daun
seraya terus menari-nari di hempas angin. Dan buah pun menimpali “Kehidupan itu seperti aku, bermula dari kecil ia
tumbuh dewasa dan ranum. Bermanfaat bagi makhluk lain, dan dapat menumbuhkan
pohon lagi .“
“ Tidak !!” ujar sang daun. “ kehidupan itu seperti aku. Ada yang kuat ada
juga yang rapuh. Di hempas angin semilir saja langsung lepas dan kering.”
Namun tiba-tiba dahan utama dari pohon tersebut juga angkat bicara. “ Itu menurut kalian, yang hanya datang silih berganti. Bagiku
kehidupan itu seperti pohon. Semakin ia tinggi dan berwibawa, semakin kuat angin
yang menerpanya. Jika tidak kuat maka tumbanglah pohon tersebut .”
“ Salah ... !! “ Tiba-tiba seekor burung
hinggap di ranting dan memotong pembicaraan. “ Kehidupan itu seperti burung. Bebas ingin terbang
kemana saja."
Setelah mendengar percakapan
antara buah, daun, pohon dan burung tersebut si pria itu tersenyum. Ia pun
mengerti bahwa setiap makhluk mempunyai pandanngan berbeda beda tentang hidup.
Dan memandang kehidupan itu tidak cukup hanya dari satu sudut pandang saja. Ia
pun kini sadar, dan mengartikan hidup sesuai dengan apa yang telah is alami.
Bahwa hidup itu seperti bayangan. Tidak akan pernah bisa di ikuti, namun akan
selalu mengikuti.
Kemudian ia pun bergegas mengenakan kembali capil di kepalanya.
Memantabkan hati, meluruskan niat. Senyum lusuh nan manis terukir di wajahnya.
Dengan bulatan semangat yang tinggi, ia pun menenteng kembali barang
daganganya. Kini ia mengerti bahwa mengeluh bukan alasan. Allah SWT telah menyajikan
kehidupan yang berbeda-beda buat makhluknya. Ia pun mempercepat langkahnya, menyambut
rejeki siang ini yang telah tuhan siapkan untuknya.Dan Ia pun siap belajar ilmu apapun yang belum pernah dia temui,agar menjadi hamba yang bersyukur.
realnaw.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are SeoBloggerTemplates, Our name came from the fact that we are best. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates.
0 comments:
Post a Comment